Futsal Di Indonesia Masih Salah Kaprah


Istilah Futsal berasal dari bahasa Portugis, "Futebol de Salao", dan bahasa Spanyol, Futbol de Salon. Futebol berarti sepakbola, sedangkan Salao (Salon) berarti ruangan. Jika diterjemahkan maka Futsal berarti sepakbola dalam ruangan.

Pertama kali dimainkan di Montevideo, Uruguay sekitar tahun 1930. Adalah Juan Carlos Ceriani orang pertama yang memperkenalkan permainan ini dalam sebuah kompetisi untuk kalangan remaja. Dalam kompetisi itu Ceriani membatasi jumlah pemainnya hanya 5 orang per tim, termasuk penjaga gawang. Pertandingan berlangsung di lapangan basket yang beralaskan partikel kayu, dan bukan di lapangan rumput seperti halnya permainan sepakbola konvensional.

Perkembangannya begitu cepat terutama di wilayah Amerika Selatan dan Asia Selatan. Brasil yang dikenal jago di lapangan sepakbola konvensional, ternyata juga menjadi jawara di arena futsal. Mereka menjadi juara di Amerika Selatan antara 1965 hingga 1992, dan menjadi juara dunia antara 1982 hingga 1992. Namun baru pada 1989, futsal masuk dalam agenda FIFA.

Futsal masuk ke Indonesia baru pada 2002 lalu. Tepatnya pada Oktober 2002 ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah kejuaraan futsal tingkat ASEAN. Sejak itu Futsal berkembang pesat dan mewabah hingga ke kompleks-kompleks perumahan dan perkampungan. Bahkan ia menjadi salah satu ajang lomba wajib pada setiap kali perayaan 17 Agustus di perkampungan dan kompleks-kompleks perumahan.

Mungkin karena masih tergolong baru, futsal di Indonesia terkesan salah kaprah. Sarana yang digunakan tidak sesuai dengan standar FIFA. Untuk lapangan misalnya, banyak lapangan yang menggunakan rumput sintetis (artificial grass). Malah di kampung-kampung dan komples perumahan banyak lapangan yang beralaskan beton, karena lapangan yang dipakai sama dengan lapangan basket dan bulutangkis. Padahal menurut aturan FIFA, lapangan futsal beralaskan karpet (matras) atau partikel kayu.

Perbedaan lainnya terletak pada ukuran lapangan. Panjang lapangan futsal nasional berkisar antara 25m-42m dan lebarnya 15m-25m, sementara untuk pertandingan internasional panjangnya 38m-42m dengan lebar 18m-22m. Di beberapa futsal center, ukuran lapangannya cuma disesuaikan dengan luas lahan yang ada.

Bola yang digunakan pun beda. Bola asli futsal cukup berat dan tidak mantul. Di masyarakat umum (di luar futsal center), orang memakai bola plastik yang agak berat. Teknik bermain pun masih menyimpang dari aturan. Masih kerap terlihat adanya tackling dan body charge seperti di sepakbola konvensional. Mungkin karena pemain kita masih terbiasa dengan gaya sepakbola konvesional, maka banyak futsal center yang memilih menggunakan alas lapangan rumput sintetis. Ini maksudnya agar pemain tidak terkena cedera parah jika ditekel lawan.

Cara bermain yang masih menganut gaya sepakbola konvensional, disamping penggunaan sarana yang salah kaprah tadi, itu yang menjadi salah satu sebab kenapa Badan Futsal Nasional (BFN) PSSI sulit sekali mencari bibit pemainfutsal profesional untuk diterjunkan di kejuaraan Asia atau Piala Dunia. Banyak pemain yang masih bergaya sepakbola ketika memainkan futsal.

Biar tahu saja, pemain-pemain bintang Brasil seperti Ronaldinho (Barcelona) dan Robinho (Real Madrid) dulunya adalah pemain futsal. Menurut mereka pemain sepakbola sebaiknya mengenal futsal lebih dulu karena di sana mereka belajar skill mengolah bola dan rotasi posisi secara cepat di areal yang relatif sempit.